Traveling is Easier when You're Beautiful

"Traveling lebih mudah karena kamu dan teman-temanmu perempuan-perempuan cantik," seseorang pernah melontarkan kalimat tersebut kepada saya. Benarkah demikian? 

Selama pengalaman traveling saya ke beberapa tempat di beberapa negara, saya merasa selalu mendapatkan kemudahan. Bukan berarti saya tidak pernah menemukan kesulitan. Tapi kesulitan itu selalu berakhir dengan bantuan orang-orang sekitar saya saat itu. Baik dari sesama traveler maupun dari penduduk lokal.

Contohnya aja, saya dan kedua teman perempuan saya pernah tersasar saat menjelajah Paris dan Barcelona. Tersasar tengah malam di tempat yang benar-benar asing benar-benar pengalaman yang cukup menakutkan. Untungnya kami diselamatkan oleh orang-orang lokal yang luar biasa baik.

Pernah juga saya dan keempat teman perempuan saya bingung arah mana yang harus diambil ketika kami berada di kota Ho Chi Minh, Vietnam. Waktu itu seorang bapak melihat kami kebingungan di tengah jalan, tidak tahu harus ke arah mana. Dia pun menghampiri kami dan dengan bahasa isyarat seolah menanyakan ke kami kemana tujuan kami. Dengan bahasa isyarat pula kami menunjukkan peta ke mana tujuan kami. Dia tidak bisa bahasa Inggris dan kami tidak bisa bahasa Vietnam. 

Namun niat bapak itu untuk membantu kami, sungguh membuat saya merasa lucu dan terharu di saat yang bersamaan. Lucu karena kami berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Terharu karena kendala bahasa sama sekali tidak menghalangi niat baik dia kepada saya dan teman-teman saya. Berkat arahan isyaratnya, saya dan teman-teman sukses menemukan tempat bus yang kami cari.

Saya dan teman-teman saya sampai di VungTau, Vietnam setelah mendapat petunjuk arah dari bapak yang baik hati tersebut.

Ah, kalau ditulis satu per satu banyak sekali bantuan yang saya dapatkan ketika traveling. Bantuan dibawakan koper di berbagai kota di Eropa, dibantu berdiri ketika terpeleset di Korea Selatan atau sekedar dibantu untuk diambilkan foto. Rasanya tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menyukuri tiap perjalanan yang saya lakukan karena saya merasa selalu dipertemukan dengan orang-orang baik.

Namun orang terdekat saya bilang bahwa saya dan teman-teman saya mudah mendapatkan bantuan-bantuan tersebut karena kami perempuan. Apalagi menurutnya kami ini perempuan-perempuan cantik. "Siapapun mau membantu perempuan-perempuan cantik," tambahnya.

Sejujurnya saya tidak tahu harus bereaksi bagaimana terhadap pernyataan tersebut. Senang karena dianggap cantik atau marah karena pernyataan tersebut sexist. Namun saya tahu pasti saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Karena berdasarkan pengalaman saya, orang-orang tersebut tulus saat memberikan bantuan. Tapi saya mulai meragukan pemikiran saya ketika saya melakukan perjalanan kedua saya ke Melbourne pada Mei 2015 lalu.

Saat itu saya sedang berada di area Flinders Street Station, tepatnya di Elizabeth Street. Tujuan saya adalah ingin ke Queen Victoria Market. Saya tahu saya harus naik tram untuk menuju ke tempat tersebut. Tapi untuk memastikan tram mana yang harus saya naiki, saya pun bertanya kepada seorang pria yang sedang merokok di halte tram. 

"Oh semua tram yang ada di sini akan melewati Queen Victoria Market, jadi kamu bisa naik yang mana pun," jelasnya.

Saya pun akhirnya naik tram yang ada di depan saya tersebut. Duduk di kursi paling depan. Dengan tujuan bisa bertanya kepada driver tram. Siapa sangka pria yang tadi saya tanya ternyata adalah driver tram tersebut. Saat naik ke kursi kemudi, dia melihat ke arah saya. Saya langsung bersyukur karena logikanya dia akan memberitahu saya halte di mana saya harus turun.

Dugaan saya benar, di tengah perjalanan, dia menengok ke arah saya dan berkata (tanpa pengeras suara), "Queen Victoria Market," sambil memberi tanda kepada saya untuk berdiri. Saya pun otomatis berdiri dan mendekat ke arah pintu yang juga dekat dengan tempat dia mengemudi. Lalu kurang lebih terjadilah percakapan seperti ini:

Driver tram: "Kamu berasal dari mana?"
Saya: "Indonesia"
Driver tram: "Sudah berapa hari di sini?"
Saya: "Beberapa hari"
Driver tram: "Wajahmu cantik"
Saya: (Kaget karena tidak menduga akan mendapat kalimat seperti itu, saya pun hanya tersenyum)
Driver tram: "Mau minum kopi nggak?"
Saya: "Nggak terima kasih" (Berusaha menyembunyikan wajah kaget saya)
Driver tram: "Kenapa nggak?"
Saya: "Saya nggak lama di sini. Sebentar lagi pulang"
Driver tram: "Makanya minum kopinya nanti sore."
Saya: "Nggak terima kasih" (Sambil berdoa semoga segera sampai ke halte Queen Victoria Market. Saat itu, tram terasa berjalan lambat).
Driver tram: "Nggak apa-apa. Catat nomor telepon aku ya?"
Saya: (Saya rasanya ingin lompat dari tram saat itu juga. Damn! Mana sih, Queen Victoria Market?)
Driver tram: "Telepon aku dan kita bisa pergi selesai aku kerja"
Saya: "Terima kasih" (Akhirnya tram sampai juga dan saya turun tanpa menoleh lagi ke arahnya)

Ketika mengalami ini saya tiba-tiba teringat kalimat: "siapapun mau membantu perempuan-perempuan cantik."

Benarkah? Ada yang pernah mengalami seperti yang saya alami?

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:

Share:

0 komentar