Pergi ke Luar Negeri Nggak Punya Tiket Pulang, Siap-siap Tanda Tangan Surat Pernyataan


Foto ilustrasi: Pixabay

"Mbak, belum punya tiket pulang, ya?" tanya petugas check in Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta kepada saya pada awal April lalu.
"Belum," jawab saya.

Lalu petugas tersebut mulai bertanya apa tujuan saya ke Melbourne dan visa apa yang saya miliki. Saya menjawab semua pertanyaannya, termasuk menjelaskan alasan kenapa saya belum punya tiket pulang. 

"Soalnya banyak yang pergi ke luar negeri dengan tujuan sengaja mencari asylum," tambah sang petugas. Waduh! Saya sih, tidak pernah berpikir untuk mencari suaka ke Australia. Nggak pernah kepikiran juga untuk menjadi imigran gelap. Membayangkan konsekuensinya saja sudah bikin saya ngeri. 

Alasan saya belum punya tiket pulang adalah karena saya belum tahu kapan tepatnya saya akan pulang dari Melbourne dari jangka waktu maksimum 90 hari tinggal yang diberikan berdasarkan ketentuan yang tertera di visa turis saya. I keep my option open. 
Sejujurnya saya tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan ini dari petugas Garuda Indonesia. Saya pikir saya akan mendapatkan pertanyaan ini dari petugas imigrasi di Melbourne. Tapi penjelasan sang petugas membuat saya mengerti kenapa dia harus menanyakan ini ke saya. 

Dia berkata bahwa untuk penerbangan ke luar negeri seharusnya penumpang memang memiliki tiket pulang pergi. Karena kalau sampai penumpang dideportasi begitu sampai di negara yang dituju karena tidak punya tiket pulang, pihak maskapai bisa disalahkan dan harus menanggung transportasi pulang sang penumpang. 

"Mbak bisa tetap pergi tapi harus menandatangi surat pernyataan," ujar sang petugas. Inti dari surat pernyataan tersebut adalah bahwa benar saya hanya punya tiket pergi saja dan bersedia membeli tiket pulang sendiri seandainya saya dipulangkan oleh pihak imigrasi Australia.  

Wah, saya langsung was-was mendengarnya. Bukan takut karena harus tanda tangan suratnya. Tapi takut kalau sampai harus dideportasi dari Australia. Saya sudah bolak-balik Australia sejak tahun 2014 dan selalu punya tiket pulang pergi ketika bepergian ke sana. Baru kali ini saya tidak punya tiket pulang. Saya pun cemas. Kan nggak lucu kalau saya dideportasi. Bisa rusak catatan bersih saya.
Akhirnya saya memutuskan untuk membeli tiket pulang. Saya pun bertanya kepada petugas counter pembelian tiket Garuda Indonesia yang tidak jauh dari counter check in. Setelah tanya-tanya ternyata harga tiketnya mahal banget. Di kisaran 6 sampai 7 juta untuk tiket Melbourne - Jakarta untuk periode penerbangan akhir Juni - awal Juli 2017. What?

Saya pun batal membeli tiket Garuda Indonesia dan memilih menandatangi surat pernyataan yang memang sudah ada template-nya. Sang petugas juga meminta saya mengisi alamat yang jadi tujuan saya di Australia dan memotret passport saya. Mungkin karena melihat wajah saya yang panik, dia berkata seperti ini, "Ini bukan apa-apa kok, Mbak. Cuma prosedur saja agar kami tidak disalahkan kalau sampai Mbak dipulangkan."

Saya hanya tersenyum melihat usaha petugas tersebut menenangkan saya. Tapi dia tidak tahu yang saya khawatirkan bukan perkara surat yang saya tanda tangani tersebut, justru kalimat "kalau mbak dipulangkan" itu yang membuat saya deg-degan.

Untungnya, saya punya teman, Stacey yang selalu bisa diandalkan. Saya pun menelepon dia dan memintanya mencarikan tiket termurah. Stacey langsung membuka laptopnya dari rumahnya dan mencarikan saya tiket saat itu juga. Ketika saya sedang mengantri di pemeriksaan menuju ruang tunggu pesawat, dia berkali-kali menelpon saya memberi tahu harga-harga tiket dari beberapa maskapai untuk beberapa tanggal.

Baca Juga: Diendus Anjing di Bandara Perth, Australia

Saat akhirnya saya mencapai ruang tunggu Stacey sudah berhasil membeli tiket AirAsia untuk saya dari Traveloka. Tapi saya tidak bisa langsung tenang karena e-ticket-nya belum juga dikirimkan oleh Traveloka. "Maksimum satu jam," kata Stacey. Aduh, kalau sampai menunggu satu jam, saya sudah masuk pesawat. Saya inginnya sudah menerima e-ticket tersebut dan mengunduhnya sebelum saya terbang. Jadi saya bisa tenang ketika mendarat di Melbourne.

Menit demi menit kami menunggu. Kok email nggak masuk juga. Sampai akhirnya petugas memberi tahu sudah waktunya untuk boarding, telepon genggam saya bergetar. E-ticket saya masuk ke email. Alhamdulillaaaaaah. Rasa panik hilang. Saya pun tenang. Terima kasih Stacey :)

Sampai di imigrasi Melbourne mereka tidak menanyakan tiket pulang saya. Sama seperti sebelum-sebelumnya masuk Australia (selain Melbourne, saya pernah mendarat di Sydney dan Perth), saya tidak pernah ditanyakan tiket pulang. Tapi saya sama sekali tidak menyesal sudah membeli tiket pulang di menit-menit terakhir menuju penerbangan.

Bahkan saya berterima kasih telah diingatkan oleh pihak Garuda Indonesia akan hal ini. Karena kita tidak pernah tahu kan, kalau tiba-tiba ada random check. 'Diinterogasi' pihak Garuda Indonesia saja sudah bikin saya deg-degan. Apalagi kalau sampai kejadian diinterogasi pihak imigrasi Melbourne. Ih membayangkannya saja sudah seram.

Ini mungkin akan menjadi pengalaman pertama dan terakhir saya untuk membeli tiket satu arah ketika jalan-jalan ke luar negeri. Nggak lagi-lagi, deh. Deg-degannya itu lho, nggak tahan. Berasa kayak ikutan Amazing Race. Hahahaha... 

Ada yang pernah punya pengalaman beli tiket satu arah juga? Share dong... :)

----------@yanilauwoie----------

Share:

21 komentar

  1. Saya pernah dah pegang tiket pp aja masih disuruh tarik uang tunai, padahal dah ngasih tahu kalau bs pake debit atau credit card masih aja disuruh tarik tunai, alhasil dompet jadi penuh

    ReplyDelete
  2. Kalau pengalaman saya, 2014 tiba dan pergi di Perth lancar saja dan ramah imigrasinya, mungkin karena berdua dan ekonomi Australia lagi bagus. Nah Januari 2017 kemarin saya tiba di Melbourne, aman saja sih, tapi pas pulangnya lewat Sydney setelah automate ditanya cukup lama oleh petugas imigrasi. Kemana? ketemu siapa? tinggal dimana? apa saja yg dilakukan? bawa pulang berapa Dollar? Kaget saja sih, apa dikira TKI ilegal kali. Padahal cuma ke Melbourne University dan lihat suasana Australia Day di circular quay Sydney. Memang selama di Melbourne saya lihat banyak sekali tunawisma di Flinders station, lokasi Australia Open, taman2. Demikian juga di Sydney, ada juga bule bersama anaknya yang jualan gelang lampu. Mungkin karena Australia sendiri lagi kurang bagus perekonomian nya. Setelah dijawab dg tenang dan meyakinkan, akhirnya lolos. Waktu berangkat naik Jetstar dari Denpasar tidak ditanyakan tiket pulang. Balik ya naik Scoot ke Singapura juga tidak ditanya tiket Singapura-Jakarta. Padahal dulu waktu dari Hongkong ke Singapura petugas Check in Tiger Air ngotot minta tunjuk tiket Singapura-Melbourne pada bule yang ada di depan saya, dan pas giliran saya, diminta tiket Tiger Air Singapura-Jakarta. Ternyata ibu petugas itu mau sekalian Check in kan biar ga usah antri Check in di Singapura yang cukup mepet waktunya (2, 5 jam) dan harus keluar masuk imigrasi Singapura karena tiket terpisah (tidak beli Tiger connect). Asambackpacker01.wordpress.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Intinya pengalaman tiap orang memang beda-beda ya Mas Agus. Tergantung situasi dan kondisi, kebijakan maskapai, dan kedisiplinan petugas ;p

      Delete
  3. Menarik sekali cerita2nya dik...insyaAllah kami juga akan ke Sydney bln nov . Semoga nanti lancar2 aja..aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiin.. Semoga dilancarkan semuanya ya Mbak Sri...

      Delete
  4. Jadi sebenernya kalo pesen tiket buat perginya aja boleh gak sih? Nanti baru tiket pulangnya entaran??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau sekadar membeli sih, boleh-boleh saja. Tidak ada larangan untuk membeli tiket perginya saja. Tapi ya itu, harus siap risiko bila ditanya sama pihak maskapai saat check in atau sama petugas imigrasi di negara tujuan.

      Delete
  5. saya punya pengalaman lucu, beli tiket satu kali jalan ke hangzhou hangus ga di kasih izin berangkat,sampai sampai ya kepaksa beli lagi tiket pp baru bisa berangkat,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah.. Nggak bisa langsung beli tiket pulangnya saja, ya?

      Delete
  6. Tahun lalu saya ke Amerika tanpa tiket pulang tapi aman2 aja. Saya naik Japan Airlines (Jakarta - Los Angeles). Waktu check in di counter JAL, mereka nggak tanya tiket pulang saya. Nyampe di Los Angeles, imigrasinya lancar2 aja. Saya nggak ditanyain tiket pulang sama sekali.
    Rencananya besok tgl 12 saya mau ke Amerika lagi. Lagi2 saya cuma punya 1 tiket. Agak deg2an juga sih karena kali ini pake airlines yang beda dan takutnya kebijakannya sekarang diperketat. Browsing2 di internet baca blog2 dan forum2 traveler, katanya bisa rent onward ticket pake onewayfly.com atau bestonwardrticket.com. Rencananya saya mau coba tapi masih googling2 lagi. Ada yang pernah pake service mereka nggak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akhirnya bagaimana? Jadikah pakai "rent onward ticket"? Berhasilkah? Saya penasaran. Hehehehe...

      Delete
    2. Hahaha.. Ok, update nih. Saya udah tenang ada di Amerika sekarang.
      Waktu itu akhirnya saya jadi mutusin pake bestonwardticket.com. Sempet deg2an juga awalnya, takut itu scam. Tapi akhirnya saya coba juga, saya book onward ticket di website itu untuk penerbangan Seattle - Jakarta tgl 27 Desember 2018 (2 minggu setelah saya tiba di US tanggal 13 Desember 2018). Jadi rencananya saya bakal jawab rencana stay di US 2 minggu klo ditanya petugas imigrasi. Saya cuma bayar $12 (nggak nyampe Rp 300ribu) untuk rent tiket itu. Jadi saya pikir, klopun itu cuma scam saya nggak rugi2 amat lah hehe. Dan, ternyata itu bukan scam. Tepat di hari keberangkatan saya tgl 12 Des 2018, 8 jam sebelum saya terbang, mereka kirim tiketnya via email. Cihuyyy.. pake maskapai ANA. Langsung saya check di official websitenya ANA, masukin kode booking sesuai dengan yang ada di tiket yang mereka kirim, search... dan beneran dong tiketnya memang valid, beserta nama saya dan itinerarynya. Semuanya sesuai, valid, dan statusnya CONFIRMED! Yesss.. Akhirnya, saya pergi ke bandara dengan hati tenang. Klo petugas check in di counter nanyain return flight, saya tinggal tunjukin onward ticket yang saya rent. Klo mereka cek di sistem, pasti ada kok dan sesuai karena tiketnya memang valid ��.
      Tapi, apa yang terjadi? Mereka nggak nanyain tiket pulang saya sama sekali (waktu itu saya pake Eastern China Airlines)��.
      Dan apa yang terjadi di imigrasi Amerika?
      Saya cuma ditanya mau berapa lama tinggal di US. Saya jawab 2 minggu. Trus petugasnya tanya lagi udah punya tiket pulang belum. Saya jawab udah. Tapi dia nggak minta saya untuk tunjukin tiketnya. Udah gitu aja ��.
      2x saya ke Amerika tanpa tiket pulang dan nggak ada masalah. Tapi emang lebih baik jaga2 sih. Dan klo emang belum tau kapan mau pulang dan nggak mau rugi2 banget, bisa rent onward ticket di bestonwardticket.com.
      Basically, cara kerja mereka kayak travel agent. Jadi mereka akan cari dan beli tiket sesuai dengan pesanan kita. Tiketnya memang valid dan statusnya confirmed, tapi cuma berlaku 48 jam karena setelah 48 jam secara otomatis mereka akan cancel. Mereka harus cancel dalam 48 jam supaya mereka bisa dapet full refund. Makanya, tiketnya dikirim pas hari keberangkatan karena cuma berlaku 48 jam. Setelah 48 jam, tiketnya nggak ada di sistem lagi.
      Semoga infonya membantu teman2 yang lagi resah ��

      Delete
    3. Waaaah... Thank you buat update-nya. Ini info yang sangat membantu sekali.. Terima kasih ya.. :)

      Delete
  7. Lililulu brarti kita pesennya hari itu juga dan tiket pulangny lngsung disend hari itu juga lwat email kita yg berlaku 48 jam y mba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. harus pas di hari kita berangkat, karena berlakunya cuma 48 jam. Tapi pesennya jangan mepet2 banget sebelum berangkat, at least 24 jam sebelum berangkat karena mereka butuh waktu juga untuk cari itinerary yang pas sesuai pesanan kita. Klo pesennya 1 jam atau di menit2 terakhir sebelum berangkat, takutnya kita udah mesti terbang tapi tiketnya belum dikirim :)

      Delete
    2. Siip sama-sama.

      Oya, sama perhatikan juga durasi flight keberangkatan dari Indonesia ke tempat tujuan kita berapa lama. Misal kita dari Jakarta mau berangkat ke Amerika, di itinerary tiket Jakarta-San Francisco tertera total lama penerbangan 32 jam. Nah, berhubung tiket yang kita rent dari situs itu berlakunya cuma 48 jam, alangkah baiknya klo kita pesen di situs itu 10 jam sebelum terbang, jadi kita masih punya selisih waktu 6 jam (48-10-32). Jadi, maksudnya pas kita nyampe di tujuan, tiket kita masih berlaku, dan klo petugas imigrasi ngecek tiketnya, tiketnya masih ada di sistem. Jangan sampe pas kita nyampe tujuan, tiketnya udah nggak berlaku lagi :)

      Delete
    3. Mas ini saya coba websitenya ko ga ke buka ya hehe not found

      Delete
  8. Sy brncana prgi ke bangkok bli tiket pergi sja.krna rencnax pas plg mi bli tiket ke singapore.kira2 aman ga se di bangkok

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya untung-untungan juga, sih. Bisa jadi ditanya dan bisa juga nggak ditanya. Jadi harus siap dengan risikonya.

      Delete